Sambal Goreng Kerang :)

Biasanya kita mengenal sambal goreng yang bahan utamanya adalah kentang dan hati ayam/sapi..Bila ingin rasa yang lebih bervariasi dan mendapatkan nilai gizi yang berbeda, kita bisa loh mencoba mengganti hati ayam/sapi dengan kerang darah ..Kerang memiliki banyak sekali manfaat , yang apabila dikonsumsi dengan tepat tentu baik bagi tubuh.. Ini nih resep Sambal Goreng Kerang dari saia 🙂

 

Bahan:

200 gram kerang darah kupas (cuci bersih, rendam dalam 1 sdm air jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis, lalu rebus selama 15 menit dengan air dan garam, tiriskan)

500 gram kentang (potong dadu, lalu goreng hingga matang)

10 biji mata petai iris (bisa tidak dipakai jika ngga suka)

150 ml air

150 ml santan kental (saia pake santan kemasan)

2 lembar daun jeruk, sobek-sobek

2 lembar daun salam, sobek-sobek

1 batang serai, memarkan

2 sdm margarin untuk menumis

2 buah cabai merah besar/keriting (buang biji, iris serong)

4 cm lengkuas, memarkan

minyak untuk menggoreng

garam, gula, merica secukupnya

 

Bumbu Halus:

4 siung bawang putih

6 siung bawang merah

5 buah cabai merah besar/keriting

1/2 buah tomat merah

4 cm jahe

 

Cara Membuat:

  1. Tumis bumbu halus dengan margarin.. Masukkan serai, lengkuas daun jeruk, daun salam, gula, garam dan merica.. Tumis hingga harum dan bumbu matang..
  2. Masukkan kerang darah rebus dan petai aduk hingga tercampur rata..
  3. Masukkan air, masak hingga mendidih..Masukkan santan kental dan cabai merah potong, aduk hingga rata, dan biarkan hingga menyusut..
  4. Setelah santan menyusut, masukkan kentang goreng, aduk hingga rata..Masak sebentar hingga bumbu meresap..

Voila!! Sepiring Sambal Goreng Kerang lezat siap disantap!

Selamat mencobaaa 😀

Teguran Halus dari Tuhanku (part 2)….

….lanjutan kisah

 

Setelah beberapa saat berada dalam tidur yang paling dalam, saia mendengar nama saia dipanggil.. Mata terbuka dengan beratnya, plafon ruang pulih sadar adalah benda yang pertama kali terlihat.. Putih, kabur, hilang timbul.. Sayup-sayup mulai terdengar suara sekitar.. Saia sapukan pandangan, lalu terhenti pada sebuah jam dinding yang baru menunjukkan pukul 11.oo WIB.. Astaga! Saia hanya terbius dan dikuret selama 30 menit dan sudah dibangunkan! Entah memang begitu prosedurnya, atau karena saia mengigau layaknya pasien-pasien di kanan-kiri saia sehingga dibangunkan oleh dokter anastesinya..

Pusing bukan kepalang rasanya.. Saia rasakan nafas, padahal selang oksigen masih terpasang di hidung.. Entah karena efek dari dibangunkan terlalu cepat atau saia panik karena mendengar rintihan dan igauan pasien-pasien di sekitar saia dan suara dokter-perawat yang sibuk membangunkan mereka, tiba-tiba saia merasa denyut nadi saia meningkat, jantung berdebar kencang.. Sekuat tenaga saia memanggil suster atau dokter di sekitar.. Hanya suara parau yang terdengar.. Untung dokter kandungan saia lewat, dan memeriksa keluhan saia..”Ngga apa-apa”, kata beliau..

Setelah pandangan ini makin tajam, semua vital signs saia normal, saia dibawa ke ruang dimana keluarga saia sudah menanti.. Lega rasanya bisa terbangun dari tidur terdalam dan menjumpai wajah dan senyum kelegaan dari keluarga saia..

3 jam kemudian, setelah saia sudah bisa makan, minum dan duduk, saia diijinkan pulang ke rumah dengan membawa obat-obatan, karena memang kuretase tersebut termasuk dalam One Day Surgery.. Saia hanya diberi pengantar untuk kontrol seminggu kemudian..Yah, itulah kisah saia tentang perpisahan memilukan dengan janin saia..

 

 

Mungkin beberapa orang menganggap saia terlalu lebay, mellow karena baru janin usia 11 minggu aja ditangisi sedemikian rupa.. Atau mungkin ada yang mengganggap saia ngga bisa move on karena hingga 6 bulan berlalu masih mengingat-ingat kejadian ini.. Memang, mungkin kesedihan saia ini tak ada apa-apanya dibanding seorang ibu yang kehilangan bayi atau seorang anak yang sudah dilahirkan dan dibesarkan.. Sungguh, kesedihan seseorang tak akan bisa kita pahami sepenuhnya sampai kita merasakannya sendiri..

Mungkin, seandainya waktu itu ada tanda-tanda seperti sakit perut, atau perdarahan atau yang disebut orang keguguran, mungkin saia bisa lebih menerima, lebih cepat melupakan.. Tetapi kepergian tanpa tanda-tanda selalu mengguratkan kesedihan yang lain.. Saia menuturkan kisah ini, bukan hanya semata-mata melegakan hati saia atas kesedihan yang masih tersimpan di sudut hati, tetapi juga ingin berbagi kepada yang lain akan apa yang bisa terjadi pada ibu yang hamil muda agar mawas diri juga sebagai bahan introspeksi bagi diri sendiri ataupun yang lain…

Kesedihan mendalam saia bukan sekedar akibat kehilangan janin semata..Saia akan mencoba menuturkan hal-hal yang selama ini ada di hati dan pikiran saia..

 

Sekitar 2 tahun yang lalu, oleh ahli ginekolog saia di Surabaya, saia didiagnosa menderita PCOS (Polycystic Ovarian Syndrome), karena jadwal haid saia yang tidak teratur, banyak  jerawat, serta banyak bulu-bulu halus yang nampak di tangan, kaki, dahi maupun di bawah hidung.. Walaupun tanpa pemeriksaan dalam lebih lanjut, dokter dengan yakin bahwa itu PCO.. Sepanjang pengetahuan saia, penderita PCO banyak sekali permasalahannya di masa mendatang, salah satunya infertilitas.. Selama hampir 2 tahun itu pula, sampai saia menikah, saia harus disiplin mengkonsumsi pil KB yang diresepkan dokter setiap hari dan menjaga berat badan, yang setelah dihitung dengan tinggi badan, tidak boleh melebihi angka  53 kg! Setiap 6 bulan sekali saia kontrol, dan saia selalu ditegur dokter  jika berat badan saia naik mendekati 53 kg..

Keinginan besar saia untuk sembuh, membuat saia tidak lalai dalam menerapkan saran dokter.. Alhamdulillah jadwal haid saia jadi teratur.. Saat akan menikah, saia berhenti minum pil KB, dan diganti dengan penyubur.. 3 bulan kemudian, saia hamil.. Itu merupakan anugerah luar biasa.. Perjuangan saia rasanya terbayar, dokter saia pun penyatakan, jika saia bisa hamil, maka PCO saia udah sembuh.. Saia sampai menangis karena dielus-elus dokter saia  yang juga ikut bahagia..

Lalu peristiwa kehilangan janin seperti membawa saia ke masa-masa sulit beberapa tahun lalu.. Saia sering berpikir, “Apakah benar PCO saia sembuh total.. Apakah benar saia nanti saia bisa hamil lagi dan punya keturunan?” Sementara saat hamil, berat badan saia melonjak hingga 56 kg, dan sampai sekarang masih berusaha keras untuk mengembalikan seperti sedia kala..

Pun waktu kehilangan janin adalah bulan Februari, tepat di bulan saat ibu saia berulangtahun.. Saat itu saia sudah membayangkan akan memberikan kado seorang cucu walaupun masih dalam kandungan.. Ayah dan ibu saia sungguh ingin segera menimang cucu, dikarenakan usia mereka yang memang sudah memasuki usia senja, enampuluhan.. Sungguh, hati ini teriris rasanya karena belum bisa membahagiakan mereka dengan layak di sisa umur mereka..

Semenjak kejadian itu, malam-malam saia seringkali diisi isak tangis dalam diam.. Sering sekali mengigau dalam tidur.. Saia pun sering merenung, berusaha mengingat-ingat, “Apakah saia sudah menyakiti Tuhan sedemikian rupa, hingga Tuhan memberikan cobaan seperti ini?” Kelebatan-kelebatan pikiran menyeruak tak henti-henti dalam otak..Hingga rasanya otak ini lelah..

Apakah waktu itu saia kelelahan hingga janin saia berhenti berkembang?”, Itupun rasanya ngga, karena sejak hamil saia kemana-mana diantar mertua, bahkan saat kerja.. Kami juga diminta untuk pindah ke rumah mertua, agar saia tidak perlu mengerjakan pekerjaan rumah sendiri..

Mengapa begitu cepat  janin saia pergi? Apakah saia salah makan? Apakah saia berdosa yang ngga saia sadari?”, Berbagai pertanyaan apakah dan mengapa, silih berganti muncul di pikiran saia, sampai pertanyaan,”Ya Rabb, mengapa harus saia yang mengalami?” pun tak terelakkan.. Pernah saia sampai “ngambek” ke Tuhan karena saia ngga tahu jawaban apa yang tepat atas ini semua..

Terkadang hati ini serasa ditusuk-tusuk sembilu paling tajam, ngilu-pedih, saat melihat teman-teman sebaya, apalagi yang waktu menikah kami hampir bersamaan, baik melalui socmed ataupun di dunia nyata, sudah menggendong buah hati atapun mengandung jabang bayi mereka.. Ada cemburu juga kerinduan di sana.. “Aahh, rumput tetangga memang selalu nampak lebih hijau kan?“, kata saia menghibur diri..

Beberapa kali saia berada di saat-saat, dimana saia rasanya ingin berhenti berusaha pun berdoa.. Jujur, keletihan dan trauma itu masih ada hingga saat ini.. Tapi saia sadar, saia masih mempunyai iman.. Suami saia pun sangat sabar menemani hari-hari saia yang berat tanpa banyak kata.. Hanya usapan lembut dan ajakan, “Sabar, nanti pasti dikasih rejeki lagi ya” yang selalu menguatkan saia.. Banyak teman dan kerabat yang tahu memberikan kata-kata penghiburan seperti, “Nanti Insya Allah diganti dengan yang lebih baik, lebih sehat.. Daripada lahir cacat, nanti kamu lebih sedih.. Kamu kuat, kamu pasti bisa lewati semua ini.. Semoga kejadian ini bisa menjadi pengapus dosa-dosamu yang lalu dan janinmu bisa menjadi tabungan akhirat serta penunjuk jalan ibu bapaknya ke syurga”.. Semua itu sungguh berarti..

Saia juga sadar bahwa memang harus saia yang mengalami ini semua, karena Tuhan tidak akan membebankan sesuatu yang tak sanggup dipikul hamba-Nya… Mungkin Tuhan ingin agar saia mengambil lebih banyak hikmah.. Lebih dekat kepada-Nya, lebih sehat dalam hidup, lebih dekat dengan keluarga, lebih banyak bersyukur dan sebagainya..Kalau memang ini kehendak-Nya, saia berusaha ridho, ikhlas.. Saia hanya bisa menjalani hidup ini sebaik-baiknya hingga Tuhan memanggil saia nantinya.. 🙂

Saia pun bermunajat kepada-Nya, melafalkan doa-doa panjang, agar saia dan keluarga selalu diberi kesabaran ketetapan iman, serta kesehatan, saia diberi waktu yang cukup untuk membahagiakan kedua orangtua dan mertua saia di usia mereka yang tak lagi muda.. Saia sampai sekarang masih yakin, Tuhanku Yang Maha Pengasih akan menjawab doa-doa saia di waktu yang tepat menurut Kehendak-Nya.. Aamiin..

Teguran halus dari Tuhanku, membuat saia tak ingin jauh dari ridho-Nya walau sekejap saja.. 🙂